Malam Satu Suro: Tradisi Sarat Makna dalam Budaya Jawa -->

Menu Atas

Advertisement

Link Banner

Peta Covid

Malam Satu Suro: Tradisi Sarat Makna dalam Budaya Jawa

Rabu, 25 Juni 2025



INFOPBGCOM, PURBALINGGA - Malam Satu Suro merupakan momen penting dalam budaya masyarakat Jawa yang menandai pergantian tahun baru dalam penanggalan Jawa. Peristiwa ini juga bersamaan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah.

Pada tahun 2025, Malam Satu Suro jatuh pada malam Kamis, 26 Juni, dimulai setelah waktu Maghrib. Masyarakat Jawa menyambut malam ini dengan berbagai upacara dan tradisi yang mencerminkan nilai spiritual dan budaya yang tinggi.

Ragam Tradisi dalam Menyambut Malam Satu Suro

Setiap daerah memiliki cara unik dalam merayakan malam ini. Secara umum, banyak masyarakat yang mempercayainya sebagai malam keramat, di mana kekuatan spiritual dianggap sedang kuat-kuatnya, sehingga ritual dilakukan sebagai bentuk penyucian diri dan permohonan berkah. Beberapa tradisi yang lazim dilakukan antara lain:

Kirab Pusaka Keraton: Pawai benda-benda pusaka yang mencerminkan kekayaan sejarah dan budaya.

Tirakatan: Malam untuk berdoa dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Tapa Bisu: Berdiam diri tanpa bicara sebagai bentuk meditasi dan pencarian ketenangan batin.

Kungkum: Merendam diri di air sebagai simbol penyucian lahir dan batin.

Pencucian Pusaka: Membersihkan benda pusaka sebagai bentuk pelestarian nilai spiritual.

Puasa Sunah: Ibadah puasa sebagai amalan menyambut bulan baru.

Barian: Syukuran dan makan bersama sebagai simbol kebersamaan.

Santunan Anak Yatim: Bentuk kepedulian sosial dan berbagi kebahagiaan.

Mitos dan Keyakinan di Sekitar Malam Suro

Dalam budaya Jawa, malam ini juga lekat dengan berbagai kepercayaan dan cerita mistis. Salah satu yang paling dikenal adalah anjuran untuk tidak keluar rumah, karena diyakini malam ini menjadi waktu ketika makhluk gaib berkeliaran. Keyakinan lain menyebutkan bahwa:

Malam Dukun Beraksi: Diyakini sebagai waktu ketika dukun melakukan praktik spiritual, termasuk mencari tumbal.

Larangan Pindah Rumah: Pindah tempat tinggal di malam ini dipercaya dapat membawa nasib buruk.

Namun, banyak kalangan modern mulai memandang hal-hal tersebut sebagai mitos belaka yang tidak memiliki dasar dalam ajaran agama. Seorang budayawan menyatakan, “Mitos-mitos ini adalah bagian dari warisan budaya yang tidak selalu bersifat religius.”

Sejarah dan Asal-Usul Malam Satu Suro

Asal mula peringatan Malam Satu Suro dapat ditelusuri ke masa pemerintahan Sultan Agung, raja Mataram Islam pada abad ke-17. Beliau memperkenalkan sistem kalender Jawa yang memadukan unsur Islam dengan budaya lokal, sebagai upaya untuk menyatukan masyarakat yang saat itu terpecah secara kultural dan spiritual.

Esensi dari malam ini adalah kontemplasi dan penghormatan terhadap leluhur. Banyak masyarakat melakukan ziarah ke makam-makam keramat sebagai bentuk penghormatan dan spiritualitas yang mendalam.